IMG_20250701_135710

Ket, Foto : Kadis PPKB Lamteng l Nyoman Gunadiyasa Putra. S.P, M.M.

INTAILAMPUNG.COM Angka stunting di Kabupaten Lampung Tengah, menunjukkan penurunan prevalensi, baik dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) maupun Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

Tercatat pada tahun 2024 lalu, prevalensi stunting di Lampung Tengah, menurut SKI dengan jumlah 16,7%, sementara pada tahun 2025 ini tercatat tinggal 15,5%.

Menurut keterangan, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, (DPPKB) Lamteng, l Nyoman Gunadiyasa Putra. S.P, M.M, menyebut bahwa, pertahun 2024 – 2025 ada penurunan angka stunting sebesar 1,2% di Kabupaten Lamteng.

Artinya, persoalan stunting di lndonesia masih menjadi PR besar, semua pihak ikut dilibatkan dalam menangani persoalan ini, bahkan setiap daerah Kabupaten memiliki kasus stunting yang berbeda-beda.

“Dalam hal ini Pemkab Lamteng, telah membentuk Tim Percepatan Pengentasan Stunting, (TPPS) yang melibatkan 12 OPD di dalamnya, guna menangani kasus stunting,” ujar Nyoman usai menghadiri rapat RPJMD di DPRD setempat, Selasa (1/7/2025).

Dia menyebut, target Pemkab Lamteng, pada akhir tahun 2025 ini, dari angka 15,5% bisa menjadi 14,2%. Dan target sampai 2030 kasus stunting di Kabupaten Lamteng, dapat menurun sampai 10%.

Tentunya, untuk mencapai target angka stunting 10% persen pada 2030 nanti, merupakan upaya yang kompleks dan membutuhkan komitmen dari semua pihak. Dengan kerja sama dan upaya yang berkelanjutan, kita optimis target itu dapat tercapai dan Kabupaten Lamteng, dapat mencapai target menurunkan angka stunting.

Dalam hal ini, Dinas PPKB Lamteng, lanjut Nyoman, terus melakukan upaya pencegahan dan penurunan angka stunting, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah, sosialisasi, edukasi dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya yang ada di wilayah perkampungan, mengenai apa itu stunting, dan bagaimana cara pencegahannya.

  Budiyono: Sekertariat DPRD Kota Metro Siap Kampanyekan Bahaya Narkoba

Kemudian memberikan layanan Kesehatan ibu dan anak (KIA),, konseling gizi terpadu, perlindungan sosial (program subsidi keluarga miskin : KIS, KIP, PKH, beras miskin, sanitasi dan air bersih, layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan lainnya, yang menjadi timbulnya stunting.

“Dengan usaha dan kerjasama bersama dengan semua stakeholder, dan pihak terkait, kita bisa meningkatkan kesehatan balita di Kabupaten Lamteng. Karena persoalan stunting ini disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita saja,” tukas dia.

Sebagai contoh, peran remaja menjadi salah satu target dalam upaya penurunan stunting, untuk mencegah stunting dapat dilakukan dari hulu yaitu, mulai dari masa remaja. Dimana remaja merupakan calon orang tua masa depan, yang artinya remaja merupakan bibit perkembangbiakan umat manusia.

“Untuk itu, kita selama ini telah melakukan sosialisasi yang menyasar ke sekolah setingkat SMA sederajat yang ada di Lamteng, guna memberikan pemahaman sejak dini, terkait apa itu stunting, dan bagaimana cara mencegahnya, dan pentingnya pola hidup sehat dan melakukan hal positif, dan kita optimis langkah ini akan berdampak pada penurunan angka stunting diLamteng,” pungkas Nyoman. (rki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © INTAI LAMPUNG. All rights reserved. Terima kasih atas kunjungan Anda. | Best view on Mobile Browser | ChromeNews by AF themes.