Dolar AS Catat Kenaikan Nilai Terkuat

Dolar AS catat kenaikan nilai terkuatUang mata rupiah dan dolar AS (ANTARA/Wahyu Putro A)

INTAILAMPUNG.COM – Kurs dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mengakhiri pekan terkuatnya dalam enam bulan, karena para investor menumpuk di greenback dalam langkah “safe-haven” di tengah kekhawatiran tentang melemahnya ekonomi global.

Euro melayang di level terendah dua minggu dengan dukungan di 1,13 dolar AS. Mata uang tunggal masih membukukan penurunan mingguan tertajam terhadap dolar AS dalam lebih dari empat bulan, setelah data yang menunjukkan perlambatan ekonomi di Eropa menyebar.

“Reli yang mendorong dolar secara luas lebih tinggi tahun lalu telah menikmati kehidupan baru dengan pertumbuhan AS tetap solid, sementara rekan-rekanNYA di luar negeri kehilangan momentum,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

Indeks yang melacak greenback terhadap euro, yen, sterling dan tiga mata uang utama lainnya naik 0,13 persen menjadi 96,634.

Pada minggu ini, indeks dolar ICE naik 1,1 persen, kenaikan mingguan terbesar sejak kenaikan 1,28 persen di pekan yang berakhir 10 Agustus 2018.

Euro turun 0,13 persen menjadi 1,13230 dolar AS dan mencatat penurunan mingguan 1,1 persen, yang merupakan penurunan mingguan terbesar sejak akhir September.

Komisi Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan dan inflasi pada Kamis (7/2), karena penurunan mengejutkan dalam pesanan industri Jerman dan Spanyol memicu kekhawatiran tentang akselerasi perlambatan.

Angka-angka itu telah membebani pasar obligasi lokal. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah inti Eropa menyentuh level terendah dalam lebih dari dua tahun. Imbal hasil acuan Jerman hanya 10 basis poin dari nol persen.

Imbal hasil surat utang AS juga jatuh pada minggu ini, bertahan di atas posisi terendah dari kisaran perdagangan terbaru mereka.

  Izin Usaha 31 Perusahan di Lamteng Akan Diperiksa

Dengan pasar China ditutup untuk Tahun Baru Imlek selama minggu ini, volatilitas pasar juga menurun.

Sebagai contoh, volatilitas tersirat dalam euro, atau perubahan yang diperkirakan dalam mata uang tunggal selama sebulan, turun awal minggu ini ke level terendah sejak Desember 2017 sebelum “rebound”, menurut data Refinitiv.

Kecemasan tentang ekonomi global diperparah dengan komentar dari Presiden AS Donald Trump, yang mengindikasikan ia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Itu membantu mata uang “safe-haven” seperti yen Jepang dan Franc Swiss bertahan terhadap dolar AS. Dolar AS terakhir di 109,785 yen, sedangkan greenback turun 0,23 persen pada 1,00015 franc Swiss.

Sterling sedikit lebih rendah pada 1,2938 dolar AS untuk penurunan mingguan terbesar sejak Oktober. Pedagang-pedagang memperkirakan pound akan tetap stabil karena ketidakpastian seputar Brexit.

Sumber: Kantor Berita Antara

Baca Juga

LAINNYA